Bab I : Pendahuluan
Definisi
Stroke
atau cerebrovaskuler accident (CVA)
ialah gejala neurologi yang tiba-tiba
atau onset yang bertahap, yang disebabkan oleh berkurangnya suplai darah ke
otak. Stroke dapat
menimbulkan hemiparese. Hemiparese adalah menurunnya fungsi
sensorimotor kedua anggota gerak pada salah satu sisi tubuh. Pada umumnya lengan mengalami kondisi yang lebih parah
(Reed, 1991).
Stroke
merupakan kematian jaringan otak yang menjadi karena kekurangan suplai oksigen
dan kerusakan jaringan otak atau infark sehingga mengakibatkan seseorang
lumpuh, atau lemas pada sisi yang berlawanan (Trombly, 2002).
Jadi
dapat disimpulkan bahwa stroke merupakan penyakit neurologis akibat adanya
kematian jaringan otak, yang diakibatkan oleh adanya gangguan peredaran darah
secara cepat sehingga dapat mengakibatkan kelumpuhan bagi penderitanya.
Pravelensi
Stroke
merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika dan menyebabkan kecacatan kronik
pada orang dewasa. Diperkirakan sekitar 700.000 orang di Amerika setiap tahun
terkena penyakit ini. Insiden stroke meningkat dengan bertambahnya usia.
Sejumlah 725 orang yang terkena berusia
65 tahun atau lebih dan jumlah laki–laki lebih besar daripada wanita (Trombly,
2002).
Berdasarkan
penyebabnya, stroke dapat digolongkan menjadi dua, yaitu stroke hemorage dan
stroke non hemorage / ischemia.
Stroke hemorage
Stroke
hemorage yaitu gangguan saraf yang diakibatkan dari kerusakan pembuluh darah
otak yang menyebabkan pendarahan. Pendarahan tersebut terdiri dari Pendarahan
Intra Serebral (PIS) dan pendarahan Subarachnoid. Gejala PIS timbul oleh karena
masa darah intracranial yang menyebabkan Tekanan Intracranial (TIK) meningkat
yang mengakibatkan kesadaran menurun, muntah dan penurunan neurologikal. Bila
TIK bertambah lebar (karena darah dan edema di sekitarnya) maka dapat terjadi herniasi costo caudal yang bisa
menyebabkan kematian.
Strok nan hemorage
Stroke
non hemorage dibagi menjadi tiga yaitu emboli cerebri, ischemic cerebri dan
trombosis cerebri. Emboli cerebri yaitu terjadinya penjendalan darah pada lumen
arteri, biasanya terjadi pada usia lebih muda dan terjadi saat aktifitas.
Ischemic cerebri yaitu terjadi kekurangan darah pada otak dengan gejala kurang
dari 24 jam seperti pada TIA (Tanchient Ischemic Attack) atau RIND (Reversible
Ischemic Neurogical Deficit). Trombosis cerebri biasanya terjadi karena adanya
penurunan tekanan darah atau hipotensi secara mendadak. Trombosis cerebri
terjadi pada usia di atas 50 tahun dan pada saat istirahat.
Faktor-faktor
yang dapat mempermudah terjadinya stroke diantaranya arteriosklerosis, merokok,
diabetes mellitus, kolesterol tinggi, lipoprotein, keturunan dari keluarga,
penyakit jantung, hipertensi, obesitas dan pola hidup yang salah. (Reed, K.L,
1991)
Gambaran Klinis
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh
stroke adalah lumpuh separoh badan (kanan saja atau kiri saja), bagian yang
lesi terasa seperti kesemutan, mulut mencong, lidah mencong jika dijulurkan,
bicara pelo, sulit menelan, sering tersedak bila makan atau minim, sulit
berbicara atau berbahasa, sulit memahami perkataan orang lain atau tulisan,
tidak dapat menulis atau membaca, sulit berjalan, kognitif berkurang, pelupa,
gangguan penglihatan, dan pendengaran, vertigo,
mudah menangis, mudah tertawa, melihat dobel, kelopak mata kulit terbuka,
banyak tidur, gerak involenter,
pingsan dan koma (Lumbantobing, 2002).
Menurut
Hopkins dan Smith (1993), seseorang yang mengalami stroke biasanya mengalami
gangguan fungsional karena adanya gangguan pada psikososial, komunikasi, kognitif,
dan sensori motor.
Psikososial.
Level perkembangan psikologis seseorang yang mengalami stroke akan menurun
seperti anak kecil. Pasien tidak mampu atau membutuhkan banyak tenaga untuk
sembuh kembali setelah kehilangan fungsionalnya walaupun aktifitas spesifik
seperti anak kecil. Pasien mungkin tidak mampu mengatasi banyak kesulitan yang
dilihat pasien dan keluarga, atau pasien akan mengalami kerusakan pada selaput
otak yang menyebabkan kehilangan control motivasi dan kemampuan pemecahan
masalah.
Komunikasi.
Pasien yang mengalami hemiparesis
kanan atau kiri akan terlihat gangguan komunikasi setelah mengalami CVA, akan
tetapi pasien hemiparesis kanan lebih
parah pada kemampuan berbicara, penerimaan secara verbal, dan bahasa karena
kerusakan pada sebagian hemisfer
sebelah kiri yang berdampak pada area bahasa (language). Masalah yang spesifik
yaitu receptive aphasia (gangguan
menginterprestasi makna pembicaraan dan kata tertulis), expressive aphasia ( ketidakmampuan mengguanakan bahasa dan
komunikasi secara tertulis), dan dysarthria
(gangguan motorik fungsional dalam berbicara).
Kognitif.
Gangguan pada sensori motor reseptif
dan ekspresif pada pasien hemiplegi sering menyebabkan kelemahan
pada kemampuan berfikir abstrak. Pembagian kondisi ini tergantung kemampuan auditory, visual dan kemampuan tactile yang tersisa.
Sensorimotor.
Kerusakan pada bagian otak yang lokasinya pada satu hemisfer akan menyebabkan gangguan fungsi motor pada sisi tubuh
yang berlawanan. Kelemahan komplit (-plegia) atau sebagian (-paresis) pada
anggoat gerak atas dan bawah maupun wajah akan mengakibatkan kehilangan
kemampuan mobilitas aktif pada ekstremitas.
Produktivitas
Produktivitas penderita akan banyak
terganggu karena mereka mengalami kesulitan dalam melakukan produktivitasnya
karena kelemahan di salah satu sisi tubuhnya (Reed, 1991).
Depresi
Sebagian besar orang yang menderita
stroke akan mengalami depresi yang mungkin disebabkan oleh ketidakmampunya
dalam menerima kodisi tersebut. Hal ini diwujudkan dalam bentuk penarikan diri
dari lingkungan, mudah frustasi dan marah-marah tanpa sebab yang jelas (Reed,
1991).
Prognosis
Tingkat keadaan stroke beragam, ada
yang ringan, sedang dan berat. Pada stroke yang ringan ada yang pulih sempurna
gejalanya dalam waktu 24 jam. Stroke jenis ini sering disebut Transient Ischemic Attack (TIA) yang
berarti serangan ischemic sepintas.
Ada pula stroke ringan yang sembuh sempurna gejalanya dalam waktu lebih dari 24
jam disebut Reversible Ischemic
Neurologic Defisit (RIND) yang berarti gangguan saraf ischemic yang pulih. Walaupun TIA dan RIND dapat sembuh sempurna
tetap harus diwaspadai karena kemungkinan kambuh cukup besar dan biasanya dapat
lebih berat dan meninggalkan cacat (Lumbantobing, 2002).
Sebagian besar recovery
dari kemampuan fungsional terjadi pada enam bulan tahun pertama terjadinya
stroke, tetapi beberapa recovery
berlanjut dari enam bulan sampai dua tahun setelah itu. Kemampuan seseorang
untuk belajar merupakan hal yang utama karena rehabilitasi adalah sebuah proses
pembelajaran. Hal penting lainnya adalah multifaktor yang terlibat diantaranya
adalah fisik, psikologi, dan fungsi sosial yang saling berkaitan. Ukuran
frekuensi yang paling tinggi adalah tercapainya derajat kemandirian seseorang
dalam hal activity daily living (ADL)
(Reed, 1991).
Daftar
Pustaka
Hopkins,
H & Smith, H. (1993). Willard and Spackman’s Occupational Therapy (8
th edition). Philadelphia : Lippincott Company.
Lumbantobing,
SM (2002). Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Reed,
K.L. (1991). Quick Reference To Occupational Therapy. Texas: Aspen
Publishers.
Trombly, C. (1989). Occupational Therapy for
Physical Dysfunction. Romdimski: Lippicott Wiliams & Wilkins.
Komentar
Posting Komentar